Rabu, 18 April 2012

Revolusi Pendidikan Melalui Pelaksanaan Konsep Pendidikan Berbasis Potensi (2)


Pelaksanaan Konsepsi Pendidikan Berbasis Potensi Wilayah dan Penduduk (Masyarakat) merupakan keberanian Pemerintah untuk mengubah cara pandangnya dalam menatap masa depan pendidikan nasional. Perubahan cara pandang tersebut adalah pemerintah tidak lagi hanya terpesona dengan perkembangan pendidikan di negara-negara lain tetapi percaya diri pada keunggulan pendidikan nasional yang bisa saja belum atau tidak terpikirkan oleh negara-negara dan bangsa-bangsa lain. Jadi sangat berbeda dengan Konsepsi Pendidikan RSBI yang sekarang ini tengah ramai diperbincangkan

Pada Konsep pendidikan Berbasis Potensi Wilayah dan Penduduk (Masyarakat), pendidikan lebih menitik beratkan pada dua dimensi :
1. Dimensi Kepentingan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
2. Dimensi Kepentingan Pemberdayaan Wilayah

Dimensi Kepentingan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat menyangkut relevansi antara kultur Dasar Rakyat pada wilayah tertentu dengan Model Pendidikan yang diselenggarakan serta adanya dukungan Sumber Daya Alam sekitar yang secara bersinergy dapat diharapkan mendorong inspirasi rakyat Rakyat dalam menciptakan lapangan kerjanya sendiri (Kemandirian). Dimensi ini juga akan berguna untuk mengurangi arus urbanisasi yang seringkali menimbulkan masalah baru.

Dimensi Kepentingan Pemberdayaan Wilayah menyangkut pemberdayaan Otonomisasi Pendidikan dan Daerah dalam Menciptakan sebuah Pendidikan berdasarka kebutuhan dalam pembangunan daerah (wilayah) yang berkelanjutan. Dalam dimensi kepentingan ini akan didorong sinergy antara Pemerintah Daerah dengan Rakyat Daerah secara bersama-sama merencanakan Model pendidikan yang berkesesuaian dengan potensi yang dimiliki. Kesesuaian itu sekaligus mendorong kerjasama yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak dan diharapkan rakyat akan mendukung sepenuhnya program-program pendidikan yang dilaksanakan.

Dalam konsepsi pendidikan berbasis potensi wilayah dan penduduk (rakyat) tenaga kependidikannya bisa memadukan antara tenaga pendidik profesional/berkompetensi dengan tenaga pendidik berpengalaman lapangan seperti ; petani,peternak,nelayan,pekebun. Dua kelompok tenaga pendidik ini akan memadukan antara teori-teori yang ada dengan kenyataan-kenyataan selama ini dan perpaduan ini memungkinkan untuk menemukan solusi-solusi baru dibidangnya masing-masing.

 
  Keunggulan pendidikan berbasis potensi ini harus dirumuskan lebih awal sehingga ketika dihadapkan pada wilayah yang memiliki potensi yang hampir bersamaan akan lebih mudah dalam menjaga eksistensinya.
Ada beberapa faktor yang harus diperhitungkan untuk merumuskan keunggulan masing-masing wilayah ;
1. Tradisi Rakyat sekitar (wilayah) yang memiliki nilai dalam mengolah dan mengelola sektor yang akan digarap oleh masing-masing jenis pendidikan

(pertanian,peternakan,perikanan,perkebunan,kerajinan dsb)

2. Ciri-ciri tertentu (kekhasan) masing-masing wilayah yang dapat mendukung keunggulan itu.
Pendidikan Berbasis Potensi Wilayah dan Penduduk (Rakyat) akan menunjukkan secara jelas tentang pusat-pusat pendidikan unggulan tertentu di Indonesia dan tentu saja hal ini akan menarik bagi negara dan bangsa lain untuk dikunjungi dalam rangkap survey dan research,studi perbandingan,bahkan sebagai tempat belajar.

Disinilah bedanya dengan konsep RSBI (Rencana Sekolah Bertaraf Internasional) yang hanya terfokus pada Upaya menyamakan sekolah-sekolah di Indonesia dengan sekolah luar negeri,upaya mengurangi keinginan sebagian kecil Masyarakat Indonesia untuk bersekolah keluar negeri,upaya meraup devisa lewan biaya sekolah, yang tidak mengandung proyeksi apa-apa selain membenturkan pendidikan kita dengan pendidikan luar yang pasti akan merugikan kita sendiri.

Jadi daripada kita menghambur-hamburkan pemikiran,tenaga,biaya untuk merealisasikan khayalan yang tak jelas itu sebaiknya kita fokus pada bentuk pendidikan yang memang sangat dibutuhkan rakyat atau bangsa kita sendiri. Jika pendidikan berbasis potensi wilayah dan penduduk (rakyat) ini dilaksanakan secara sepenuh hati (alias kebijakan dan anggaran yang tak setengah-setengah) justru sebaliknya bangsa luarlah yang akan datang menempuh pendidikan disini. Tidakkah kita terinspirasi dengan kenyataan betapa batik,wayang, karya bangsa kita yang coba diklaim milik mereka bangsa-bangsa luar itu ? Artinya banyak potensi yang dimiliki bangsa kita yang dapat mendatangkan emas intan berlian jika kita olah menurut versi kita sebab jika kita olah menurut versi mereka tidak akan berhasil menarik minat mereka untuk datang belajar kesini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar